Puisi: Malangnya Burung Pungguk




Hadirnya diri ini bukan sebagai pengemis yang meminta wang di kaki lima...

Bukannya seekor anak kucing meminta sisa makanan di jalanan.

Tetapi apakan daya, setiap kali diri ini cuba mendekati dirinya, terasa hina bagai seekor anjing kurap ditengah hujan.


Dan jalan manakah lagi harus ku lalui, selain jalan yang satu di hadapan ini?

Seandainya bisa ku berupaya untuk berjalan sambil bertutup mata...

Betapa tenteramnya jiwa akan terasa tanpa hiraukan pandangan orang sekeliling...

Rela ku membawa diri, jauh pergi ke atas gunung, bertapa di dalam gua yang gelap gelita...

Sanggup ku berbuta mata dan berpatah kaki untuk tidak tempuhi perjalanan yang berduri itu lagi.

Tapi apakan daya, kudrat ku hanya sampai ke sini... jangan kata gunung, bukit pun kadang tak terlarat.


Panas yang teramat, dan hujan turun sederas ombak dilautan...

Tapi tidak sekali pun mata ku dibutakan, dan tidak sekali badan ku dihanyutkan...

Hingga kini, jalan yang sama aku lalui, hari demi hari...

Menoleh ke arah yang bertentangan, sambil melawan rasa rindu dan menahan airmata dari tumpahnya ke pipi...

Mengenang betapa malangnya nasib diri bagai seekor burung pungguk, tak siapa yang sudi membela...

Biarpun bersaksikan beribu pasang mata setiap hari, hidup hanya di dalam kesepian.

Popular Posts